JAKARTA, Bunda Kekinian Untuk bisa bersaing dengan desainer dari negara lain yang menjadi kiblat fashin, para desainer Indonesia disebut masih memiliki sederet pekerjaan rumah. Salah satunya adalah membuat koleksi busana yang menyesuaikan musim.
Hal tersebut disampaikan Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) desainer Ali Charisma.
"Kebanyakan di kita PR - nya belum ngerti musim di luar. Winter itu pakaiannya seperti apa. Kalau pakai batik atau bahan lainnya yang dikirim ke luar negeri warna dan treatment - nya harus seperti apa," ujar Ali saat ditemui di Istituto di Moda Burgo Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (23/1/2018).
Ali mencontohkan penambahan layering atau lapisan ketebalan pada pakaian. "Bisa diakalin yang tetap unik. Itu PR nya lebih banyak lagi," ucap desainer yang berbasis di Bali itu.
Tak hanya soal musim, Ali berharap para desainer Indonesia bisa lebih memahami budaya tujuan pasarnya tanpa menghilangkan ciri khas dari Indonesia sendiri. Bahkan, kebudayaan dua negara menurutnya bisa dipadukan. Sehingga desainer tak perlu membuat dua produk berbeda.
Misalnya saja untuk pasar di negara Skandinavia. Ali menjelaskan, orang - orang di negara - negara Skandinavia tak menyukai pakaian berwarna - warni, melainkan cenderung memakai warna dasar.
Para desainer Indonesia, kata dia, harus mampu menciptakan produk dengan skala internasional. Salah satu yang ia contohkan adalah Zara. Brand fashion ini bisa diterima dengan baik di tanah air.
Dari : Kompas
Bunda Kekinian Cantik Bunda Kekinian
Hal tersebut disampaikan Ketua Indonesian Fashion Chamber (IFC) desainer Ali Charisma.
"Kebanyakan di kita PR - nya belum ngerti musim di luar. Winter itu pakaiannya seperti apa. Kalau pakai batik atau bahan lainnya yang dikirim ke luar negeri warna dan treatment - nya harus seperti apa," ujar Ali saat ditemui di Istituto di Moda Burgo Indonesia, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (23/1/2018).
Tantangan Desainer Indonesia yang Ingin Go Internasional (Sumber Gambar : KOMPAS) |
Tantangan Desainer Indonesia yang Ingin Go Internasional
Menurutnya, sangat memungkinkan bagi para desainer Indonesia untuk membuat koleksi pakaian yang menyesuaikan musim di luar negeri. Soal model, tak mesti mengikuti model - model yang ada.Ali mencontohkan penambahan layering atau lapisan ketebalan pada pakaian. "Bisa diakalin yang tetap unik. Itu PR nya lebih banyak lagi," ucap desainer yang berbasis di Bali itu.
Tak hanya soal musim, Ali berharap para desainer Indonesia bisa lebih memahami budaya tujuan pasarnya tanpa menghilangkan ciri khas dari Indonesia sendiri. Bahkan, kebudayaan dua negara menurutnya bisa dipadukan. Sehingga desainer tak perlu membuat dua produk berbeda.
Misalnya saja untuk pasar di negara Skandinavia. Ali menjelaskan, orang - orang di negara - negara Skandinavia tak menyukai pakaian berwarna - warni, melainkan cenderung memakai warna dasar.
Bunda Kekinian
"Mau enggak mau kalau mau masuk Skandinavia kita ikuti warna - warna mereka. Berarti warna - warna batik kita misalnya, harus yang lusuh - lusuh. Itu lebih jelas, jadi saat ke sana produk kita laku benar," tuturnya.Para desainer Indonesia, kata dia, harus mampu menciptakan produk dengan skala internasional. Salah satu yang ia contohkan adalah Zara. Brand fashion ini bisa diterima dengan baik di tanah air.
Bunda Kekinian
"Sekarang bagaimana caranya produk Indonesia bisa diterima di dalam dan luar negeri," kata Ali.Dari : Kompas
Bunda Kekinian Cantik Bunda Kekinian
Tantangan Desainer Indonesia yang Ingin Go Internasional
Reviewed by Unknown
on
Rabu, Juni 14, 2017
Rating: